Morotai – Institut Teknologi Bandung (ITB) tidak hanya terkenal sebagai perguruan tinggi ternama di Indonesia dan dunia, namun juga memiliki komitmen untuk mendampingi dan membantu masyarakat, terutama di daerah-daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
Dalam upaya mendekatkan ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian, mahasiswa dan dosen ITB bersinergi untuk menjawab tantangan dalam bidang pertanian yang dihadapi oleh masyarakat. Langkah ini juga melibatkan kolaborasi dengan dunia bisnis, usaha, dan industri manufaktur, terutama skala Usaha Kecil Menengah (UKMK).
Baca juga:
FPIK Unipas Morotai Bikin 4 Kegiatan Pengabdian di Desa Tiley Pantai
Unipas Morotai Teken MoA dengan Dua Kampus untuk Tingkatkan SDM
Akademisi Fisipol Unipas Morotai Sebut Civitas Akademik Berperan Mengawasi Pemilu
Melalui program Desanesha ITB bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT), civitas akademik ITB, termasuk dari Fakultas/Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, terlibat dalam Desa Falila, Kecamatan Morotai Selatan (Morsel), Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara.
Rizka Kalsani, dalam wawancara dengan halmaherapost.com, menjelaskan bahwa program ini merespons permasalahan yang dihadapi oleh Desa Falila, yaitu produktivitas pertanian di lahan kering. Lewat skema top-down, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB menentukan tema untuk Desa Falila: Penerapan Teknologi Pertanian di Lahan Kering.