Forumterkininews.id, Jakarta – Kebakaran kerap kali menjadi salah satu peristiwa yang paling merugikan dan berdampak untuk masyarakat DKI Jakarta. Kobaran si jago merah tak pernah pandang bulu melahap mulai dari bangunan mewah hingga pemukiman padat penduduk.
Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, tujuh dari sepuluh kebakaran penyebabnya korsleting. Tahun 2022 korsleting memicu 1.113 kasus kebakaran dari total 1.691 kejadian kebakaran.
Jika melihat dari peristiwa kebakaran lima bulan terakhir di DKI Jakarta, tepatnya sejak Juli 2023, api yang dahsyat ini telah menghabiskan beberapa bangunan bahkan juga menewaskan warga.
Data Badan Pusat Statistik sepanjang 2012-2022 angka kejadian kebakaran rata-rata seribuan kasus per tahunnya. Dalam 11 tahun terakhir, kejadian kebakaran di tahun 2018 mencatat rekor tertinggi 1.751 kejadian. Terendah di tahun 2013 sebanyak 997 kejadian.
Dari penelusuran, Forumterkininews.id mencatat dugaan korsleting listrik menyebabkan kebakaran di pangkas rambut dan bengkel sepeda di Jakarta Barat. Kemudian kebakaran juga melahap rumah padat penduduk di Menteng Atas, Jakarta Selatan.
Selain itu kebakaran juga terjadi di SPBU Pesanggrahan, Pasar Kambing Tanah Abang, Lapak lima hektare di Cakung, Halte Transjakarta Tendean, Jakarta Selatan, Stasiun KCIC Halim Perdanakusuma, hingga Museum Nasional.
Tak hanya kerugian material, kebakaran juga menyebabkan korban jiwa dan luka-luka. Kebakaran di Cipinang Muara, Jakarta Timur menewaskan seorang lansia. Kebakaran sebuah hotel di Melawai, Jakarta Selatan juga menewaskan tiga pengunjung. Seorang sekuriti di SMAN 6 Jakarta pun tewas saat terjadi kebakaran di sekolah tersebut.
Dua wanita juga tewas dalam insiden kebakaran di sebuah rumah toko (ruko) di Jalan Angkasa, Jakarta Pusat. Terbaru tiga karyawan luka-luka dalam kebakaran Restoran Sagala dan sebuah toko material di Jalan Haji Nawi Raya, Jakarta Selatan.

Marak Kebakaran di Musim Kemarau
Menanggapi kasus kebakaran yang sering terjadi di wilayah DKI Jakarta khususnya di pemukiman padat penduduk, Kasatpel Pengolahan Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, Michael Sitanggang mengatakan, kebakaran sejak Januari 2023 telah terjadi ratusan kali.
“Total dari 1 Januari sampai dengan 31 Oktober 2023 sudah terjadi 726 kejadian kebakaran,” ungkap Michael, saat Forumterkininews.id hubungi, Senin (6/11).
Sementara itu Michael belum dapat menjelaskan secara rinci terkait wilayah DKI Jakarta yang sering terjadi kebakaran.
Secara terpisah, Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna mengungkapkan, kebakaran di Jakarta bisa mencapai seribu kali dalam setahun.
“Kejadian kebakaran itu di Jakarta bisa seribu kali dalam setahun. Itu artinya bisa dua tiga kali kejadian-kejadiannya. Nah sering kebakaran (di DKI Jakarta) bahkan dalam satu lokasi itu bisa berapa kali peristiwa itu terjadi,” kata Yayat, Senin (6/11).
Yayat menuturkan kebakaran di DKI Jakarta puncaknya terjadi saat masuknya musim kemarau. Mengapa demikian? Karena saat musim kemarau dengan kondisi cuaca yang panas, masyarakat membutuhkan energi untuk dingin.
“Biasanya mereka menggunakan energi listrik di sana untuk AC, untuk kipas angin, penggunaan dispenser. Kebutuhan-kebutuhan untuk menyamankan ya kemudian penggunaan energi juga sangat banyak ya artinya melebihi,” ungkap Yayat.
Yayat menyebut, kebakaran di Jakarta umumnya terjadi akibat korsleting listrik dan menjadi penyebab utama. Sistem jaringan kelistrikan sangat kurang berkualitas, seperti kabel penyambungan dan sebagainya.
“Kondisi kabel yang dimakan oleh binatang, ditambah lagi dengan kualitas bahan yang mudah meleleh,” ucap Yayat.
Hal lain yang Yayat cermati, pemakaian listik berlebihan tanpa pemasangan pengaman seperti MCB, standar pemasangan yang tidak memenuhi keamanan, sistem instalasi di rumah yang sekadar terpasang juga memicu potensi kebakaran.

Bangunan Semi Permanen
Selain itu, jika instalasi buruk terpasang di bangunan semi permanen saat korsleting, kebakaran pun tak terelakkan.
“Nah kenapa penyebab kebakaran? Salah satu lagi adalah bahannya mudah terbakar dari papan, kayu dan sebagainya dan kerapatannya juga cukup tinggi,” jelasnya.
Itulah lanjut Yayat, kebakaran terjadi di kawasan padat penduduk.
Siapa yang harus bertanggung jawab? dengan jaringan yang buruk, instalator dan juga para pemilik rumah yang mengetahui sistem pemasangan listriknya harus menyadarinya.
“Tanggung jawab PLN itu sampai gardu, pemasangan ke rumah warga itu adalah tanggung jawab instalator dan pemilik rumah. Dia yang paling tahu bagaimana jaringan di dalam itu,” tegas Yayat.
Yayat menyarankan masyarakat gunakan pengaman listrik. Memilih MCB (katup pengaman) yang sesuai dengan daya listriknya. Lalu penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait keamanan instalasi.
“(Listrik menjadi) Kesadaran bersama, paham permasalahan listrik, jangan listriknya spanyol (separuh nyolong), sembarangan nyambung listrik,” papar Yayat.
Jadi semua orang harusnya bertanggung jawab. Masyarakat harus menggunakan pengaman sikring listriknya, dipasang pakai meteran, dan kabelnya juga harus berkualitas.