Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, Wahyunoto mempertanyakan data situs pemantau kualitas udara yang menyebut wilayahnya menjadi juara polusi udara di seluruh wilayah Indonesia pada Kamis (10/8) lalu.
Wahyunoto bertanya apakah alat, metode, dan sampel yang diuji telah sesuai kaidah atau SOP terakreditasi lembaga yang berkompeten.
Ia mengatakan untuk menyimpulkan secara umum kondisi udara Tangsel, maka sampel udara yang diuji juga mesti benar-benar mewakili keadaan seluruh wilayah Tangsel, yaitu minimal dari 7 wilayah Kecamatan yang ada.
“Dan tidak terburu-buru apalagi sembarangan menyebarkan informasi yang belum dapat dipertangungjawabkan,” ujar Wahyunoto kepada CNNIndonesia.com, Kamis (10/8).
Wahyunoto mengklaim Pemkot Tangsel melalui Dinas Lingkuhan Hidup (DLH) memiliki alat, baik aKtif maupun pasif. Selain itu, metode sampling yang sudah terakreditasi melalui lembaga komite akreditasi nasional.
Ia menyebut alat aktif DLH Tangsel berada di Taman Kesehatan secara terus menerus mengukur dan menguji kualitas udara secara real time.
Sementara itu, alat uji kualitas pasif yang bertugas mengambil sampel udara di beberapa wilayah lain dalam wilayah Tangsel yang hasilnya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
“Sesuai alat uji kualitas udara kota yang Tangerang Selatan, keadaan udara kota Tangerang Selatan layak dan sehat untuk kebutuhan makhluk hidup,” kata dia.
Wahyunoto turut menyoroti dinamika kualitas udara yang kurang baik tidak terlepas dari kondisi iklim el-nino atau cuaca panas serta kemarau yg sedang melanda.
Selain itu, kata dia, ada polutan udara yang muncul sebagai akibat dari emisi gas buang kendaraan, aktifitas pabrik industri, pembakaran sampah, bahkan gas efek rumah kaca yang biasa terurai oleh hujan atau teredukasi oleh tanaman pelindung di lingkungan hijau atau ruang terbuka hijau (RTH) menjadi lebih bertahan di udara sekitar.
Lebih lanjut, Wahyunoto turut mengimbau masyarakat secara bersama-sama untuk mengurangi penggunaan kendaraan transportasi pribadi, tidak membakar sampah, mengurangi intensitas penggunaan AC, kulkas, dan pendingin lain yang menggunakan freon.
“Satu lagi yang harus kita cermati dan sama-sama evaluasi, bahwa ada pihak yang memang bisa mendapatkan profit atau keuntungan melalui aplikasi yang mereka adakan dan pasarkan dengan konten menarik perhatian publik tanpa perlu mempertanggungjawabkanya kembali kepada publik,” jelas dia.
Diberitakan, menurut data situs pemantau kualitas udara IQAir per Kamis (10/8) pukul 09.35 WIB, Tangsel mendapat skor 190 dan masuk kategori tidak sehat (Unhealthy).
Angka tersebut mencapai 26,2 kali dari standar udara yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Pengukuran situs ini berdasarkan kadar PM2.5, yang merupakan partikel udara lebih kecil dari 2,5 mikron yang biasanya berasal dari asal kendaraan bermotor dan pabrik, di udara.
Nilai buruk Tangsel itu berdasarkan pengukuran udara di dua stasiun, yaitu Pesantren Bayt Al-Quran, Pondok Cabe, dengan perolehan nilai 202 yang masuk kategori sangat tidak sehat (very unhealthy); dan Darul Quran Mulia, Gunung Sindur, dengan nilai 179, berkategori unhealthy.
(pop/DAL)