HomeNasionalEl Nino Buat Harga Cabai "Semakin Pedas"

El Nino Buat Harga Cabai “Semakin Pedas”

Published on

spot_img


Forumterkininews.id, Jakarta – Dampak El Nino atau kondisi berkurangnya hujan dan kemarau berkepanjangan rupanya belum pergi. Harga cabai yang semakin pedas jadi salah satu buktinya. Hampir dua pekan harga cabai rawit merah (CRM) meroket hingga menembus Rp100.000 per kilogram. Padahal dalam kondisi normal harga CRM di kisaran Rp40.000.

Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rachmi Widiriani mengungkapkan, El Nino di tahun 2023 berdampak pada berkurangnya ketersediaan air. Dampaknya sangat terasa pada pertanian yang bergantung pada air.

“Musim kemarau yang panjang dan berkurangnya air mengganggu produksi. Tanaman cabai mengandalkan curah hujan dan bukan irigasi teknis,” katanya kepada Forumterkininews.id, di Jakarta, Selasa (7/11).

Di sisi lain, konsumen di Indonesia memilih konsumsi cabai segar bukan dalam bentuk kering. Misalnya untuk memasak sayur dan konsumsi lainnya.

Berbeda halnya dengan masyarakat di Sumatera yang menyukai cabai merah kering.

Menurutnya, permintaan konsumsi cabai pertahunnya flat. Hanya saja ketika pasokan produksi turun berimbas pada kenaikan harga komoditi tersebut.

Data Badan Pusat Statistik menyebut, produksi cabai merah di Indonesia tahun 2022 mencapai 1,55 juta ton. Naik 11 persen dari tahun 2021 sebesar 1,39 juta ton.

Untuk mengendalikan harga cabai yang terus meroket, Bapanas melakukan fasilitasi distribusi. Tujuannya agar harga CRM tidak berbeda dari daerah sentra produksinya. Upaya ini Bapanas lakukan dari Sulawesi Selatan ke Jakarta.

“Bapanas memastikan integritas di hulu dan hilir. Di hulu petani tidak rugi dan di hilir konsumen mendapatkan harga terjangkau dan baik pola pangannya,” papar Rachmi.

Mitigasi dan Antisipasi Pangan

Sebagai langkah mitigasi dan antisipasi produktivitas 11 komoditi pangan, Bapanas dan sejumlah instansi terkait menyiapkan proyeksi rencana pangan nasional satu tahun ke depan.

Dengan begitu akan terlihat, mana komoditi yang surplus dan mana yang minus, sehingga membuka opsi impor. Sebelas komoditi itu di antaranya beras, jagung, kedelai, daging ruminansia (sapi), kerbau, unggas (ayam), telor, bawang merah, bawang putih. Lalu cabai, gula, kedelai dan minyak goreng.

Untuk tahun 2024, Bapanas sudah berkoordinasi dengan sektor dan kementerian terkait. Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian. Termasuk pula Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait prediksi cuaca dan iklim.

Pemilu 2024 nanti akan berdekatan dengan Lebaran 2024. Jangan sampai kekurangan ketersediaan pangan,” imbuhnya.

Kekeringan melanda sejumlah wilayah Indonesia. Foto: ANTARA

El Nino di Indonesia

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menjelaskan, berdasarkan analisis klimatologis menunjukkan El Nino moderat diprediksi bertahan hingga Januari-Februari 2024.

“Tetapi dampaknya terhadap kekeringan di Indonesia kan cenderung berkurang mulai November. Sebagian besar wilayah Indonesia ada yang mulai memasuki musim hujan,” ungkap Andri.

Bahkan Oktober 2023, sebagian wilayah Sumatera sudah masuk musim hujan seperti di wilayah Riau dan sekitarnya.

Menguatnya El Nino di musim kemarau selain memicu kekeringan juga kebakaran hutan dan lahan. Kondisi ini pun mengancam produktivitas pangan.

Anomali iklim ini semakin terlihat 10 tahun terakhir. El Nino silih berganti dengan La Nina (musim hujan basah sepanjang tahun). Pemanasan global karena peningkatan emisi karbon dari aktivitas manusia membuat dampak perubahan iklim semakin nyata.





Source link

Latest articles

154 Orang Tak Lulus SKD CPNS Unkhair Ternate – tandaseru.com

Tandaseru -- Universitas Khairun Ternate,...

Siap Amankan Kampanye, Begini Penekanan Kapolres Halmahera Utara ke Jajaran – HalmaheraPost.com: Cerdas Menginspirasi

Tobelo - Polres Halmahera Utara, Maluku Utara telah siap mengamankan tahapan kampanye Pemilu...

More like this